Tag Archives: Perempuan

Perempuan (Berhijab)

Standard

Hijab.. Begitulah kau menutupi setiap lengkuk tubuh’mu dengan kata berhijab. Tanpa ada celah satupun yang terlewatkan dari kain yang menempel di tubuh’mu. Hanya raut muka yang mencerminkan keindahan dari pakaian yang menutup aurat’mu terpancar sinar ketenangan jiwa.

Hijab, selalu bercermin pada keindahan, kesopanan, kelakukan baik, serta akhlak yang mulia.

Tapi disini aku melihat, beberapa perempuan berhijab hanya untuk sekedar menutupi kenakalannya. Berhijab hanya untuk menutupi kemaksiatannya.

 

Ada, yang berhijab pagi sampai sore, tapi malamnya jual diri. Itu ada..

Ada, yang berhijab pagi sampai sore, tapi malamnya clubbing. Itu ada..

Ada, yang berhijab pagi sampai sore, tapi malamnya maksiat dipojok’an, ditempat gelap, bahkan jilbabnya dibuat alas untuk bersetubuh. Itu ada..

 

Ohh Tuhan, dimana hati dan otak mereka.. Apa mereka sudah benar-benar buta dan tuli dengan kata BERHIJAB ???

Perempuan (“Host”)

Standard

Malam demi malam aku lalui di dalam hiruk pikuk kehidupan. Kehidupan malam yang selalu mendampingi’ku. Kehidupan malam yang menawarkan pundi-pundi rupiah. Dan Kehidupan malam yang menjadi salah satu pekerjaanku.

Apa aku seorang perempuan simpanan ? Tidak.

Apa aku seorang pelacur ? Tidak.

Apa aku seorang penari striptease ? Tidak.

 

Aku hanya seorang “Host”. “Host” yang bekerja di salah satu nightclub. Aku tidak menjadi simpanan. Aku tidak menjual diri’ku. Aku juga bukan penari striptease. “Host” pekerjaan di setiap malam’ku yang berada di dalam nightclub.

Disini, aku hanya menawarkan kepada setiap pengunjung yang datang untuk menikmati malamnya sebagai teman untuk mengobrol. Tapi, kadang aku dapatkan tangan-tangan centil yang mencolek tubuh’ku dikala sela-sela perbincangan kita. Aku bisa meraup rupiah dari setiap pengunjung yang meminta aku untuk ditemani ngobrol dan menikmati suasana nightclub disetiap malam. Kecantikan diri yang membuat para pengunjung bisa nyaman dengan’ku di setiap sudut malam.

Perempuan (Penari Striptease)

Standard

Pakaian mini, atau bahkan hanya underware sembari menghiasi tubuh’ku disetiap malam. Puluhan mata memandangku disetiap sudut malam. Hentakan musik terdengar kencang ditelingaku. Sembari ku suguhkan lengkukan tubuh yang indah diatas meja bar untuk para penikmat malam. Semakin malam dan semakin beranjak dini hari, aku semakin terlarut dalam musik yang mengiringi’ku serta semakin panas tarian dari setiap lengkuk’an tubuh ini dengan alcohol yang selalu mengalir deras dalam tubuh’ku. Tangan-tangan nakal sembari menghiasi sentuhan dari setiap tubuh ini.

Apakah aku berdosa dengan pekerjaan ini ? Apakah aku salah dengan pekerjaan ini ? Apakah aku perempuan yang hanya bisa menjual tarian dari setiap centimeter tubuh indah’ku ini ? dan Aku tidak menari dengan telanjang…..

Ohh Tuhan, semua aku lakukan tanpa berdasarkan sebuah alasan. Kerasnya himpitan ekonomi kehidupan selalu menghiasi keseharian’ku. Tuhaaaann, aku tidak sanggup melihat ibu dan bapak serta saudara kandung’ku untuk menerima kehidupan ini. Mungkin hanya pekerjaan seperti ini yang bisa aku lakukan demi berlangsungnya kehidupan dalam keluarga’ku.

Aku tidak menjual tubuh ini untuk transaksi diatas ranjang. Aku hanya menjual tubuh ini untuk dinikmati setiap mata yang memandang diatas meja bar tapi hanya dengan TARIAN, dan BUKAN SEKS.

Itu Aku ! dan Aku hanya PENARI…….

Perempuan (Simpanan)

Standard

Hang out, Breakfast, Lunch, Dinner, Luxurious Hotel and Apartment, and Party.

Hanya senyuman centil dan obrolan nakal dengan para eksmud disuatu malam dan di dalam salah satu nightclub, mereka akan mendapatkan semua yang dinginkannya. Yaa, perempuan (simpanan) begitulah predikat yang mereka dapatkan ketika bisa membawa pundi-pundi dolar serta bermain nakal dengan para eksmud. Kebahagiaan belaka dan kemewahan instant yang mereka inginkan. Transaksi diatas ranjang menjadi timbal balik yang diinginkan para eksmud dari para perempuan (simpanan). Kemewahan para eksmud adalah boomerang bagi mereka, tapi tanpa mereka sadari, mereka terlarut dalam kenikmatan duniawi.

Tidaklah mereka berpikir, deras’nya doa ibu untuk seorang anak perempuannya agar bisa menjadi anak yang dapat dibanggakan. Tidaklah mereka berpikir, rintihan tetesan air mata ibu dikala ibu mengetahui anak perempuannya sebagai simpanan para lelaki hidung belang. Tidaklah mereka mendengar, jeritan doa yang selalu ibu panjatkan. Dan tidaklah mereka mendengar, jeritan tangisan ibu yang malu karena anak perempuannya hanya menjadi simpanan.

Kadang hidup tidak lepas di halaman kemiskinan, kadang terlalu manja ditimang kemewahan. Tidak mudah mencari kemewahan instant ditumpukan jerami. Syukur kepada Tuhan adalah jawaban dari kehidupan.

Perempuan (Kupu-kupu Malam)

Standard

Dosakah yang dia kerjakan.. Sucikah mereka yang datang.. Kadang dia tersenyum dalam tangis.. Kadang dia menangis di dalam senyuman..

Entah mana yang baik dan buruk dari pekerjaan wanita kupu-kupu malam. Dosa atau tidaknya pekerjaan yang mereka lakukan disetiap malam. Mimpi buruk atau mimpi baik yang mereka dapatkan dari kenyataan hidup yang harus mereka lalui. Kejamnya kehidupan dalam dunia ini kah yang menjadikan mereka seperti itu.

Rupiah demi rupiah mereka mengais dalam hening gelapnya malam. Rupiah dari seorang suci’kah yang mereka dapatkan ? Atau rupiah dari seorang laknat yang mereka dapatkan ? Entah senyuman manis atau senyuman semu mereka selalu lontarkan ketika rupiah menghampiri dirinya.

Wahai lelaki hidung belang, kau selalu memanjakan kenikmatan disetiap malamnya kepada mereka. Kenikmatan rupiah dan bahkan kenikmatan seksual yang kau hadirkan untuk mereka. Sentuhan rupiah yang kau berikan dalam setiap lekuk tubuh mereka adalah kenikmatan, kebahagian, dan bahkan senyuman lebar dari bibir mereka yang terpancar. Sentuhan seksual yang selalu kau hadirkan dari setiap inchi tubuh mereka mungkin adalah petaka bagi mereka dan bahkan tangis berontak dalam hati yang mereka rasakan disetiap malamnya.

Keterpaksaan himpitan ekonomi dalam kehidupan mereka atau mereka selalu mencari kesenangan yang lebih dengan pekerjaan yang menjual harga dirinya. Ohh God, Apakah mereka sadar dengan apa yang mereka lakukan ini ? Atau tawa bahagia yang mereka dapatkan dari penjualan harga dirinya ?